ANTI SOSIAL
1.
Pengertian
Orang tidak dapat/mampu menyesuaikan diri dengan norma yang
berlaku di masyarakat sehingga menentang norma itu
2.
Ciri-ciri
a.
Adanya
ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan norma dalam masyarakat.
b.
Adanya
seseorang atau sekelompok orang yang berusaha untuk melakukan perlawanan
terhadap norma yang berlaku dalam masyarakat.
c.
Kondisi
psikologis seseorang yang bertentangan dengan apa yang seharusnya.
d.
Ketidakmampuan
seseorang untuk menjalankan norma yang ada dalam masyarakat.
3.
Faktor
1. Pola
asuh keluarga.
Orang tua yang tidak menyerapkan aturan-aturan di dalam
keluarga sehingga membuat anak menjadi tidak terorganisasi. Orang tua yang
terlalu menyanyangi anaknya/membela anaknya walaupun salah/melindungi anaknya
dari kesalahan sehingga membuat anaknya menjadi manja dan tidak dapat
menerapkan hukum benar atau salah. dll
2. Figur
Orang tua.
Orang tua yang tidak mempunyai model yang baik, orang tua
yang mempunyai perilaku antisosial menyebabkan anak-anaknya mengikuti model
dari orang tuanya. Kehilangan orang tua atau tidak adanya figur orang tua juga
menyebabkan anaknya tidak dapat menemukan model yang akan dicontohinya sehingga
membuat anak mencontohi orang lain terutama orang yang kurang bijaksana.
3. Lingkungan.
Salah satu perkembangan dan kepribadian manusia ditentukan
oleh faktor lingkungan.
4. Biologis/Genetika.
Ahli ilmu pengetahuan menemukan bahwa ada
kesalahan/kerusakan otak pada sang anak.
4.
Sebab
a. Adanya norma atau nilai sosial yang tidak
sesuai atau sejalan dengan keinginan masyarakat, sehingga terjadi kesenjangan
budaya termasuk pola pikir masyarakat.
b. Kurang siapnya pola pemikiran masyarakat untuk
menerima perubahan dalam tatanan masyarakat. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan sosial yang menuntut semua komponen untuk berubah mengikuti tatanan
yang baru. Dalam perubahan ada komponen yang siap, namun sebaliknya komponen
yang tidak siap ini justru akan bersikap antisosial, karena tidak sepakat dengan
perubahan yang terjadi. Misalnya perusakan terhadap telepon umum.
c. Ketidakmampuan
seseorang untuk memahami atau menerima bentuk perbedaan sosial dalam
masyarakat, sehingga akan mengakibatkan kecemburuan sosial. Perbedaan-perbedaan
dimaknai sebagai suatu permasalahan yang dapat mengancam stabilitas masyarakat
yang sudah tertata.
d. Adanya ideologi yang dipaksakan untuk masuk ke
dalam lingkungan masyarakat. Hal ini akan menimbulkan keguncangan budaya bagi
masyarakat yang belum siap untuk menerima ideologi baru tersebut.
e. Pemimpin yang kurang sigap dan tanggap atas
fenomena sosial dalam masyarakat, serta tidak mampu menerjemahkan keinginan
masyarakat secara keseluruhan.
5.
Bentuk
a. Sikap antisosial yang muncul karena
penyimpangan (deviasi) individual
Deviasi individual
bersumber pada faktor-faktor yang terdapat pada diri seseorang, misalnya
pembawaan, penyakit kecelakaan yang dialami oleh seseorang, atau karena
pengaruh sosiokultural yang bersifat unik terhadap individu. Adapun
bentuk-bentuk sikap antisosial tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Pembandel, yaitu orang
yang tidak mau tunduk kepada nasihat-nasihat orang yang ada di sekelilingnya
agar mau merubah pendiriannya.
2) Pembangkang, yaitu orang
yang tidak mau tunduk kepada peringatan orang-orang yang berwenang di
lingkungan tersebut.
3) Pelanggar, yaitu orang
yang melanggar norma-norma umum atau masyarakat yang berlaku.
4) Penjahat, yaitu orang
yang mengabaikan norma-norma umum atau masyarakat, berbuat sekehendak hati yang
dapat menimbulkan kerugian-kerugian harta atau jiwa di lingkungannya ataupun di
luar lingkungannya, sehingga para anggota masyarakat meningkatkan kewaspadaan
dan selalu bersiap-siap untuk menghadapinya.
b. Sikap antisosial yang muncul karena
penyimpangan (deviasi) situasional
Deviasi situasional
merupakan fungsi pengaruh kekuatan-kekuatan situasi di luar individu atau dalam
situasi di mana individu merupakan bagian yang integral di dalamnya. Situasi
sosial adalah keadaan yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang di mana
tekanan, pembatasan, dan rangsangan-rangsangan yang datang dari orang atau
kelompok di luar diri orang itu relatif lebih dinamik daripada faktor-faktor
internal yang menimbulkan respon terhadap hal-hal tersebut. Deviasi situasional
akan selalu kembali apabila situasinya berulang. Dalam hal itu deviasi dapat
menjadi kumulatif. Bentuk sikap antisosial yang muncul adalah sebagai berikut.
1) Degradasi moral atau
demoralisasi karena kata-kata keras dan radikal yang keluar dari mulut
pekerja-pekerja yang tidak mempunyai pekerjaan di tempat kerjanya.
2) Tingkah laku kasar pada
golongan remaja.
3) Tekanan batin yang
dialami oleh perempuan-perempuan yang mengalami masa menopause.
4) Deviasi seksual yang
terjadi karena seseorang menunda perkawinan.
5) Homoseksualitas yang
terjadi pada narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
c. Sikap antisosial yang
muncul karena penyimpangan (deviasi) biologis
Deviasi biologis merupakan
faktor pembatas yang tidak memungkinkan memberikan persepsi atau menimbulkan
respon-respon tertentu. Gangguan terjadi apabila individu tidak dapat melakukan
peranan sosial tertentu yang sangat perlu. Pembatasan karena gangguan-gangguan
itu bersifat transkultural (menyeluruh di seluruh dunia). Beberapa bentuk
deferensiasi biologis yang dapat menimbulkan deviasi biologis adalah sebagai
berikut.
1) Ciri-ciri ras, seperti
tinggi badan, roman muka, bentuk badan, dan lain-lain.
2) Ciri-ciri biologis yang
aneh, cacat karena luka, cacat karena kelahiran, anak kembar, dan lain
sebagainya.
3) Ciri-ciri karena
gangguan fisik, seperti kehilangan anggota tubuh, gangguan sensorik, dan lain
sebagainya.
4) Disfungsi tubuh yang
tidak dapat dikontrol lagi, seperti epilepsi, tremor, dan sebagainya.
Adapun bentuk sikap
antisosial yang muncul adalah egoisme, rasisme, rasialisme, dan stereotip.
1) Egoisme, yaitu suatu
bentuk sikap di mana seseorang merasa dirinya adalah yang paling unggul atas
segalanya dan tidak ada orang atau benda apapun yang mampu menjadi pesaingnya.
2) Rasisme, yaitu suatu
sikap yang didasarkan pada kepercayaan bahwa suatu ciri yang dapat diamati dan
dianggap diwarisi seperti warna kulit merupakan suatu tanda perihal
inferioritas yang membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap orang-orang yang
mempunyai ciri-ciri tersebut.
3) Rasialisme, yaitu suatu
penerapan sikap diskriminasi terhadap kelompok ras lain. Misalnya diskriminasi
ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan.
4) Stereotip, yaitu citra
kaku mengenai suatu ras atau budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran
citra tersebut. Misalnya stereotip masyarakat Jawa adalah lemah lembut dan
lamban dalam melakukan sesuatu. Stereotip tersebut tidak selalu benar, karena
tidak semua orang Jawa memiliki sifat tersebut.
d. Sikap Antisosial yang Bersifat Sosiokultural
Beberapa bentuk sikap
antisosial yang bersifat sosiokultural, yaitu primordialisme, etnosentrisme,
sekulerisme, hedonisme, fanatisme, dan diskriminasi.
1)
Primordialisme, yaitu suatu sikap atau pandangan yang
menunjukkan sikap berpegang teguh kepada hal-hal yang sejak semula melekat pada
diri individu seperti suku bangsa, ras, agama ataupun asal-usul kedaerahan oleh
seseorang dalam kelompoknya, kemudian meluas dan berkembang. Primordialisme ini
muncul karena hal-hal berikut.
a.
Adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam
suatu kelompok atau perkumpulan sosial.
b.
Adanya suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu
kelompok atau kesatuan sosial terhadap ancaman dari luar.
c.
Adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan sistem keyakinan,
seperti nilai-nilai keagamaan, pandangan hidup, dan sebagainya.
2)
Etnosentrisme atau fanatisme suku bangsa, yaitu suatu sikap
menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang
berlaku di masyarakatnya.
3)
Sekularisme, yaitu suatu sikap yang lebih mengedepankan
hal-hal yang bersifat nonagamis, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, sehingga
kebutuhan agamis seakan-akan dikesampingkan. Mereka yang memiliki sikap seperti
ini cenderung lebih mempercayai kebenaran yang sifatnya duniawi.
4)
Hedonisme, yaitu suatu sikap manusia yang mendasarkan diri
pada pola kehidupan yang serba mewah, glamour, dan menempatkan kesenangan
materiil di atas segala-galanya. Tindakan yang baik menurut hedonisme adalah
tindakan yang menghasilkan kenikmatan. Orang yang memiliki sifat seperti ini
biasanya kurang peduli dengan keadaan sekitarnya, sebab yang diburu adalah
kesenangan pribadi.
5)
Fanatisme, yaitu suatu sikap yang mencintai atau menyukai
suatu hal secara berlebihan. Mereka tidak mempedulikan apapun yang dipandang
lebih baik daripada hal yang disenangi tersebut. Fanatisme yang berlebihan
sangat berbahaya karena dapat berujung pada perpecahan atau konflik. Misalnya
fanatisme terhadap suatu ideologi atau artis idola tertentu atau lainnya.
6)
Diskriminasi, yaitu suatu sikap yang merupakan usaha untuk
membedakan secara sengaja terhadap golongan-golongan yang berkaitan dengan
kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam diskriminasi, golongan tertentu
diperlakukan berbeda dengan golongan-golongan lain. Pembedaan itu dapat
didasarkan pada suku bangsa, agama, mayoritas, atau bahkan minoritas dalam
masyarakat. Misalnya diskriminasi ras yang dulu pernah terjadi di Afrika
Selatan yang dikenal dengan politik apartheid, di mana golongan orang-orang
kulit putih menduduki lapisan sosial yang lebih tinggi daripada golongan
orang-orang kulit hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar