BAB I
SOSIALISASI sebagai
PROSES PEMBENTUK KEPRIBADIAN
Disusun Oleh
: Kelas X A
Darvin
Limanto, Ivan Darmawan, Jessica Tee, Vincent
I. Sosialisasi
A. Pengertian Sosialisasi
Pada
pelajaran sebelumnya, kita sudah belajar mengenai interaksi social yang
merupakan inti dari kehidupan bermasyarakat.Interaksi individu maupun interaksi
dengan kelompok inilah yang melahirkan suatu proses yang dinamakan sosialisasi.Sosialisasi
dalam bahasa sederhananya, disebut dengan bergaul.
Dalam KBBI,
sosialisasi berarti suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk
mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya.
Berikut
ini definisi sosialisasi menurut para ahli antara lainsebagai berikut.
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adlah proses yang membantu
individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir
kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialiasi adalah suatu proses ketika
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat.
3. Bruce J. Cohen
Sosialisasi adlah proses- proses
manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh
kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai
individu maupun sebagai anggota suatu kelompok.
Jadi, secara sederhana sosialisasi
dapat diartikan sebagai sebuah prosesseumur
hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu
mempelajari cara- cara hidup serta norma dan nilai social yang ada, agar dapat
berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima di masyarakat.
Sosialisasi juga dapat diartikan
sebagai proses penanaman nilai ataupun pengetahuan agar seorang manusia atau
individu dapat diterima dalam kelompok masyarakat.
B. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi
yang dilakukan berfungsi untuk :
1. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada individu.
2. Menambah kemampuan berkomunikasi, mengembangkan kemampuan
menulis, membaca, dan bercerita.
3. Membantu mengembangkan kemampuan seseorang mengendalikan
fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
Artinya, dengan sosialisasi seseorang
akan dapat memahami hal-hal yang baik dan dianjurkan dalam masyarakat untuk
dilakukan. Selain itu juga dapat mengetahui dan memahami hal-hal buruk yang
sebaiknya dihindari dan tidak dilakukan.
4. Menanamkan kepada seseorang nilai-nilai dan kepercayaan
pokok yang ada pada masyarakat.
C. Tahapan-Tahapan Sosialisasi
Penyesuaian
diri terjadi secara berangsur-angsur, seiring dengan perluasan dan pertumbuhan
pengetahuan serta penerimaan individu terhadap nilai dan norma yang terdapat
dalam lingkungan masyarakat. Dengan melandaskan pemikirannya pada Teori Peran
Sosial, George Herbert Mead dalam
bukunya yang berjudul “Mind, Self, and Society from The Standpoint of Social
Behaviorist “(1972) berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
diklasifikasikan melalui tahap-tahap berikut ini.
1. Tahap Persiapan (Preparatory
Stage)
Tahap
ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri
untuk mengenal dunia sosialnya.Pada tahap ini juga anak mulai melakukan
kegiatan meniru meski tidak sempurna.Dalam tahap ini, individu sebagai calon
anggota masyarakat dipersiapkan dengan dibekali nilai-nilai dan norma-norma
yang menjadi pedoman bergaul dalam masyarakat oleh lingkungan yang terdekat,
yaitu keluarga.
Lingkungan
yang memengaruhi termasuk individu yang berperan dalam tahapan ini relatif
sangat terbatas, sehingga proses penerimaan nilai dan norma juga masih dalam
tataran yang paling sederhana.
2. Tahap Meniru (Play
Stage)
Tahap
ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang
dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang
nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai
menyadari tentang apa yang dilakukan oleh seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari dirinya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri
pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa
dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah juga
mulai terbentuk.
3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Peniruan
yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan peran yang secara langsung
dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada
posisi orang lain pun meningkat, sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain
secara bersama-sama.
Pada
tahap ini individu mulai berhubungan dengan temanteman sebaya di luar
rumah.Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap
mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma
tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalizing Stage)
Pada tahap ini seseorang
telah dianggap dewasa.Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi
masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dia dapat bertenggang rasa tidak
hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan
masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan,
kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia
dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam
arti sepenuhnya.Dalam tahap ini, individu dinilai sudah mencapai tahap
kematangan untuk siap terjun dalam kehidupan masyarakat.
D. Jenis- jenis Sosialisasi
Sosialisasi
dapat dibedakan menjadi 2 jenis secara garis besar, yakni sosialisasi primer
dan sosialisasi dalam arti luas.
1. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer biasanya terjadi di
ruang lingkup keluarga inti melalui orangtua dan saudara kandung.Sosialisasi
Primer juga disebut sosialisasi awal dan sebagai langkah pertama dalam
pembentukan kepribadian.Sosialisasi pirmer berlangsung ssat anak berusia 1-5
tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Dari sini, watak kepribadian anak
akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara
anak dan anggota keluarga. Di usia ini, otak akan berkembang sangat pesat dan
mampu menyerap berbagai hal (dari kegiatan fisik sampai keterampilan social dan
emosional) dengan sangat cepat. Maka itulah alasan, kegiatan itu akan menjadi
ciri mendasar kepribadian anak setelah dewasa.
2. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu
proses sosialisasi lanjutan. Bentuknya dapat berupa resosialisasi dan
desosialisasi
a. Resosialisasi
Seseorang diberi identitas diri yang
baru.
Misal : Seseorang yang diasingkan ke
Negara atau daerah lain yang tak dikenali.
b. Desosialisasi
Seseorang mengalami ‘pencabutan’
identitas diri yang lama.
Misal : Seseorang yang telah selesai
menjalani masa hukuman sebagai narapidana. Identitasnya sebagai narapidana akan
dicabut.
3. Sosialisasi represi
Sosilaisasi dengan cara represi ini
menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan yang dilakukan oleh
individu. Sosialisasi ini banyak diterapkan di keluarga agar kelakuan yang ada
berdasar pada keinginan orang tua.
E. Agen Sosialisasi
1. Keluarga
Keluarga
merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi, sehingga peran orangtua
dalam membentuk kepribadian anak terlihat dari hal ini. Kelakuan orang tua juga
dapat diikuti oleh anak dalam hal ini, jadi seharusnya orangtua dapat
mengembangkan perilaku yang baik dan positif agar dapat dicontoh oleh anak-
anak.
2. Kelompok Bermain
Setelah
anak dapat berjalan, berbicara, dan berpergian, ia mulai bertemu dan
berinteraksi dengan teman (dalam hal ini bukan teman sekolah) Anak- anak harus
diawasi hubungannya dengan anak lain, karena pergaulan yang salah dapat
menyebabkan kepribadian anak bisa berperilaku yang salah.
3. Lingkungan Sekolah
Sekolah
menjadi agen sosialisasi berikutnya bagi anak, karena disinilah tempat anak
menghabiskan waktunya dengan belajar ataupun melakukan kegiatan lainnya yang
positif.Perkembangan anak harus diawasi pula oleh guru dan orang tua, karena
dalam lingkungan sekolah anak mempelajari hal- hal yang baru, dan mungkin saja
tidak pernah diajarkan sebelumnya.
4. Media Massa
Para
ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa pesan-pesan yang
disampaikanmelalui media massa (televisi, film, internet, buku, dst.)memberikan
pengaruh bagi perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak dan remaja.
Beberapa hasil penelian
menyatakan bahwa sebagian besar waktu anak-anak dan remaja dihabiskan untuk
menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melalui internet yang
sudah menjadi teknologi biasa saat ini. Pengaruh yang diberikan sangat besar karena
waktu yang banyak dihabiskan melalui kegiatan ini oleh anak- anak maupun para
remaja.Perlu ada pengawasan dari orang tua dalam membimbing anaknya melalui
kecanggihan teknologi ini.
II.
Kepribadian
A. Pengertian Kepribadian
Istilah
personality berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok,
yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang
maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang.
Berikut
definisi kepribadian menurut para ahli adalah sebagai berikut.
1. Agus Sujanto dkk (2004),
Kepribadian adalah suatu totalitas
psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya
yang unik.
2. Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006)
Kepribadian (personality) adalah sifat
dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi
karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran,
kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri
seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
3. Allport
Allport mendefinisikan personality
sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang
menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan.Sistem psikofisik yang dimaksud
Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional,
perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam
kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.
Secara garis besar, kepribadian
mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki oleh seseorang, dan
kepribadian seseorang dapat berkembang apabila berhubungan dengan orang lain.
B. Susunan Kepribadian
Perilaku
manusia ditentukan oleh naluri, dorongan- dorongan, reflex, atau kelakuan
manusia yang tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwa. Unsur-
unsur inilah yang menentukan perbedaan perilaku tiap- tap individu yang disebut
susunan kepribadian, yang meliputi :
1. Pengetahuan
Pengetahuan individu terisi dengan
fantasi, pemahanamn, dan konsep yang lahir dari pengamatan dan pengalaman
mengenai hal- hal yang berbeda dan diungkapkan oleh individu dalam bentuk
perilaku.
2. Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam
kesadaran manusia yang dapat menghasilkan penilaian positif atau negative terhadap
sesuatu.Perasaan bersifat subjektif, dan mengisi penuh kesadaran manusia setiap
saat.
3. Dorongan naluri
Dorongan naluri adalah kemauan yang
sudah merupakan naluri untuk setiap manusia.
Sedikitnya ada tujuh macam dorongan
naluri, yaitu:
·
Dorongan untuk mempertahankan
hidup
·
Dorongan seksual
·
Dorongan untuk mencari
makan
·
Dorongan untuk bergaul
& berinteraksi dengan sesama manusia
·
Dorongan untuk meniru
tingkah laku sesamanya
·
Dorongan untuk berbakti
·
Dorongan akan keindahan
bentuk, warna, suara & gerak.
C. Faktor- faktor Pembentuk Kepribadian
1. Faktor Biologis
Beberapa pendapat menyatakan bahwa
bawaan biologis berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian.Semua manusia yang
normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu, seperti memiliki dua
tangan, panca indera, kelenjar seksual, dan otak yang rumit.Persamaan biologis
ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku
semua orang.Namun setiap warisan biologis seseorang bersifat unik. Artinya,
tidak seorangpun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama, seperti ukuran
tubuh, kekuatan fisik, atau kecantikan. Faktor biologis yang paling berpengaruh
dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat karakteristik fisik unik
yang dimiliki oleh seseorang.
Contohnya, kalau orang bertubuh tegap
diharapkan untuk selalu memimpin dan dibenarkan kalau bersikap seperti
pemimpin, tidak aneh jika orang tersebut akan selalu bertindak seperti
pemimpin. Jadi, orang menanggapi harapan
perilaku dari orang lain dan cenderung menjadi berperilaku seperti yang diharapkan
oleh orang lain itu.
Sama halnya dengan anggapan orang gemuk
adalah periang, orang yang keningnya lebar berpikir cerdas, orang yang berambut
merah wataknya mudah marah, atau orang yang cacat fisik mempunyai sifat rendah
diri.Anggapan seperti itu lebih banyak disebabkan apriori masyarakat yang
dilatarbelakangi kondisi budaya setempat.
Perlu dipahami bahwa faktor biologis
yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadian seseorang adalah faktor fisiknya
dan bukan warisan genetik.Kepribadian seorang anak bisa saja berbeda dengan
orangtua kandungnya bergantung pada pengalaman sosialisasinya.
Contohnya, seorang bapak yang dihormati
di masyarakat karena kebaikannya, sebaliknya bisa saja mempunyai anak yang
justru meresahkan masyarakat akibat salah pergaulan.Akan tetapi, seorang yang
cacat tubuh banyak yang berhasil dalam hidupnya dibandingkan orang normal
karena memiliki semangat dan kemauan yang keras.
Dari contoh tersebut dapat berarti
bahwa kepribadian tidak diturunkan secara genetik, tetapi melalui proses
sosialisasi yang panjang. Salah
apabila banyak pendapat yang mengatakan bahwa faktor genetik sangat menentukan pembentukan kepribadian dan ini
berarti tidak semua faktor karakteristik
fisik menggambarkan kepribadian seseorang.
2. Faktor Geografis (lingkungan fisik)
Faktor geografis yang dimaksud adalah
keadaan lingkungan fisik (iklim, topografi, sumberdaya alam) dan lingkungan
sosialnya.Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosial tertentu memengaruhi
kepribadian individu atau kelompok karena manusia
harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Contohnya, orang-orang Aborigin harus
berjuang lebih gigih untuk dapat bertahan hidup karena kondisi alamnya yang
kering dan tandus, sementara, bangsa Indonesia hanya memerlukan sedikit
waktunya untuk mendapatkan makanan yang akan mereka makan sehari-hari karena
tanahnya yang subur.
3. Faktor kebudayaan khusus
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar
terhadap perilaku dan kepribadian seseorang, terutama unsur-unsur kebudayaan
yang secara langsung memengaruhi individu.Kebudayaan dapat menjadi pedoman
hidup manusia dan alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaan
yang berkembang di masyarakat dipelajari oleh individu agar menjadi bagian dari
dirinya dan ia dapat bertahan hidup. Proses
mempelajari unsur-unsur kebudayaan sudah dimulai sejak kecil sehingga
terbentuklah kepribadian-kepribadian yang berbeda antarindividu ataupun
antarkelompok kebudayaan satu dengan lainnya.
Contohnya, orang Bugis memiliki budaya
merantau dan mengarungi lautan.Budaya ini telah membuat orang-orang Bugis
menjadi keras dan pemberani.
4. Faktor pengalaman kelompok
Pengalaman kelompok yang dilalui
seseorang dalam sosialisasi cukup penting perannya dalam mengembangkan
kepribadian.Kelompok yang sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian
seseorang dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
a. Kelompok Acuan (Kelompok Referensi).
Sepanjang hidup seseorang, kelompok-kelompok tertentu dijadikan model
yang penting bagi gagasan atau norma-norma perilaku.Dalam hal ini, pembentukan
kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola hubungan dengan kelompok
referensinya.
b. Kelompok Majemuk.
Kelompok majemuk menunjuk pada
kenyataan masyarakat yang lebih beraneka ragam.Bermacam- macam kelompo ini
memiliki pandangan yang berbeda- beda tentang aneka nilai dan norma dalam
masyarakat.Dalam keadaan seperti ini, hendaknya seseorang berusaha dengan keras
mempertahankan haknya untuk menentukan sendiri hal yang dianggapnya baik dan
bermanfaat bagi diri dan kepribadiannya sehingga tidak hanyut dalam arus
perbedaan dalam kelompok majemuk tempatnya berada.Artinya, dari pengalaman ini
seseorang harus mau dan mampu untuk memilah-milahkannya.
5. Faktor Pengalaman Unik
Pada lingkungan keluarga yang sama,
tidak ada individu yang memiliki kepribadian yang sama, karena meskipun berada
dalam satu keluarga tidak memiliki pengalaman yang sama.Pengalaman- pengalaman unik yang ada dapat dan akan memengaruhi
kepribadian seseorang.
III. Pengaruh Kebudayaan
bagi Kepribadian
Kebudayaan suatu masyarkat
turut memberikan sumbangan pada pembentukan kepribdain seseorang. Kepribadian
suatu individu dalam suatu masyarakat, walaupun berbeda- beda satu sama
lainnya, dirangsang dan dipengaruhi oleh nilai- nilai dan norma dalam system
budaya dan juga system social yang telah diserap melalui proses sosialisasi selama hidup sejak masa
kecil.
Jadi,
dapat diartikan juga masyarakat dan kebudayaan saling memengaruhi dan berasal
dari individu dan perilakunya, dapat menciptakan kepribadian seseorang secara
tidak langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar